Sabtu, 29 Desember 2012
Renungan Akhir Tahun
Hari berganti hari, bulan berganti bulan
Tahunpun ikut berlalu seiring berjalannya waktu
Tak terasa usia makin bertambah
Kesempatan hidup makin menyusut
Kesempatan beramalpun makin tersita
Waktu ibarat pedang, jika kita tidak bisa mempergunakannya
maka waktu yang akan menggelincirkan kita
Jika kita tidak menyibukkan dengan kebenaran
maka kita akan disibukkan dengan kebatilan
Sehari ada 24 jam
berbagai kenikmatan telah diberikan-Nya
tidak lebih dari tiga persen waktu yang diminta dari kita
untuk menunaikan ibadah fardu kepada-Nya
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Sudahkah kewajiban itu kita penuhi…?
Atau justru kita makin larut dengan rutinitas sehari-hari
Hingga merasa diri ini tak akan pernah mati
Padahal “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga
maka sungguh ia telah beruntung “ (Ali Imran : 185)
Saudaraku…!
Mari sejenak instrospeksi dan koreksi diri
Berapa banyak waktu digunakan untuk kepentingan duniawi
Berapa banyak waktu yang dipersembahkan untuk Illahi
Sesungguhnya baik buruknya kehidupan diakherat kelak
Tergantung dari cara hidup kita didunia
Barang siapa mengejar dunia maka hanya dunia yang didapatkannya
Barang siapa mengejar akherat, maka dunia dan akherat akan didapatkannya
sesungguhnya kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,
tentang apa yang mereka kerjakan dahulu.” (Al-Hijr: 92-93)
Selasa, 25 Desember 2012
Doa Seorang Ikhwan
Bismillah
Ya Allah, Ya Tuhanku.....
Dalam sujud, hamba slalu menitip Do'a untuknya Ya iLahi
Robbi.
Agar engkau menyayangi Dia, sebagaimna engkau menyayangi
hamba''MU yg lain.
Engkau maha mengetahui apa yg ada dihati manusia.
hamba menyayangi Dia krna engkau Ya Allah.
Bimbinglah ia agar menjadi hambaMU yg lebih baik,
menjadi hambaMU yg engkau cintai.
hamba tidak memintaMU Menjadikan dia sesabar Siti Hajar,
Atau setaqwa Siti Khadijah,
hamba hanya ingin engkau membimbing dia menjadi wanita
sholeha,
yg mempunyai cita'' mengikuti jejak mereka.
Ya Rahman Ya As-sami', Engkau maha mendengar.
Hamba percaya engkaulah sang Maha bijaksana.
Dengarkanlah apa yg hamba pinta padaMU.
hamba tdk meharapkan suatu balasan apapun atas semua ini,
semua hamba lakukan krna ketulusan cinta DariMU Ya Allah.
hamba hanya mengharapkan Dia menjadi muslimah yg engkau
sayang.
sebagaimna telah engkau sayangi dan engkau jadikan banyak
perempuan'' sholeha didunia ini.
Ya Allah Ya As-shahid.....
Engkau yg maha mengatur segala kehidupan manusia.
hamba memohon kepadaMU Dgn segala kelemahan juga kerendahan
hati.
agar Engkau menjadikan dia pribadi yg sholeha, yg taat
kepadaMU.
yg senantiasa menjalankan segala perintahMU dan menjauhi
segala laranganMU.
Sehingga semua itu akan memudahkan jalannya menuju kehidupan
yg kekal abadi,
sebagaimana telah engkau janjikan.
Maka Dengarkanlah apa yg ananda pinta Ya Robbi.
semoga Engkau mengabulkannya........... Amin Allahumma
Aminnn...
Minggu, 23 Desember 2012
Kisah Hudzaifah Al-yaman
Hudzaifah Ibnul Yaman
lahir di rumah tangga Muslim, dipelihara dan dibesarkan dalam pangkuan kedua
orang tuanya yang telah memeluk agama Allah, sebagai rombongan pertama.
Oleh sebab itu, Hudzaifah telah Islam sebelum dia bertemu muka dengan Rasulullah. Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau bagaikan seorang kekasih. Hudzaifah turut bersama-sama dalam setiap peperangan yang dipimpinnya, kecuali dalam Perang Badar.
Dalam Perang Uhud, Hudzaifah ikut memerangi kaum kafir bersama dengan ayahnya, Al-Yaman. Dalam perang itu, Hudzaifah mendapat cobaan besar. Dia pulang dengan selamat, tetapi bapaknya syahid oleh pedang kaum Muslimin sendiri, bukan kaum musyrikin. Kaum Muslimin tidak mengetahui jika Al-Yaman adalah bagian dari mereka, sehingga mereka membunuhnya dalam perang.
Rasulullah menilai dalam pribadi Hudzaifah Ibnul Yaman terdapat tiga keistimewaan yang menonjol. Pertama, cerdas, sehingga dia dapat meloloskan diri dalam situasi yang serba sulit. Kedua, cepat tanggap, berpikir cepat, tepat dan jitu, yang dapat dilakukannya setiap diperlukan. Ketiga, cermat memegang rahasia, dan berdisiplin tinggi, sehingga tidak seorang pun dapat mengorek yang dirahasiakannya.
Kesulitan terbesar yang dihadapi kaum Muslimin di Madinah ialah kehadiran kaum Yahudi munafik dan sekutu mereka, yang selalu membuat isu-isu dan muslihat jahat. Untuk menghadapi kesulitan ini, Rasulullah memercayakan suatu yang sangat rahasia kepada Hudzaifah Ibnul Yaman—dengan memberikan daftar nama orang munafik itu kepadanya. Itulah suatu rahasia yang tidak pernah bocor kepada siapa pun hingga sekarang.
Dengan memercayakan hal yang sangat rahasia itu, Rasulullah menugaskan Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka, untuk mencegah bahaya yang mungkin dilontarkan mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin. Karena inilah, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para sahabat dengan "Shahibu Sirri Rasulullah (Pemegang Rahasia Rasulullah).
Pada puncak Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan suatu tugas yang amat berbahaya. Beliau mengutus Hudzaifah ke jantung pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.
"Ada beberapa peristiwa yang dialami musuh. Pergilah engkau ke sana dengan sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan data-data yang pasti. Dan laporkan kepadaku segera!" perintah beliau.
Hudzaifah pun bangun dan berangkat dengan takutan dan menahan dingin yang sangat menusuk. Maka, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, lindungilah dia, dari depan, dari belakang, kanan, kiri, atas, dan dari bawah."
"Demi Allah, sesudah Rasulullah selesai berdoa, ketakutan yang menghantui dalam dadaku dan kedinginan yang menusuk-nusuk tubuhku hilang seketika, sehingga aku merasa segar dan perkasa," tutur Hudzaifah.
Tatkala ia memalingkan diri dari Rasulullah, beliau memanggilnya dan berkata, "Hai Hudzaifah, sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali kepadaku!"
"Saya siap, ya Rasulullah," jawab Hudzaifah.
Hudzaifah pun pergi dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati sekali, dalam kegelapan malam yang hitam kelam. Ia berhasil menyusup ke jantung pertahanan musuh dengan berlagak seolah-olah anggota pasukan mereka. Belum lama berada di tengah-tengah mereka, tiba-tiba terdengar Abu Sufyan memberi komando.
"Hai, pasukan Quraisy, dengarkan aku berbicara kepada kamu sekalian. Aku sangat khawatir, hendaknya pembicaraanku ini jangan sampai terdengar oleh Muhammad. Karena itu, telitilah lebih dahulu setiap orang yang berada di samping kalian masing-masing!"
Mendengar ucapan Abu Sufyan, Hudzaifah segera memegang tangan orang yang di sampingnya seraya bertanya, "Siapa kamu?"
Jawabnya, "Aku si Fulan, anak si Fulan."
Sesudah dirasanya aman, Abu Sufyan melanjutkan bicaranya, "Hai, pasukan Quraisy. Demi Tuhan, sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini lebih lama lagi. Hewan-hewan kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani Quraizhah berkhianat meninggalkan kita. Angin topan menyerang kita dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu, berangkatlah kalian sekarang dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan berangkat."
Selesai berkata demikian, Abu Sufyan kemudian mendekati untanya, melepaskan tali penambat, lalu dinaiki dan dipukulnya. Unta itu bangun dan Abu Sufyan langsung berangkat. Seandainya Rasulullah tidak melarangnya melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, tentu ia akan membunuh Abu Sufyan dengan pedangnya.
Hudzaifah Ibnul Yaman sangat cermat dan teguh memegang segala rahasia mengenai orang-orang munafik selama hidupnya, sampai kepada seorang khalifah sekali pun. Bahkan Khalifah Umar bin Khathtab, jika ada orang Muslim yang meninggal, dia bertanya, "Apakah Hudzaifah turut menyalatkan jenazah orang itu?" Jika mereka menjawab, "Ada," Umar turut menyalatkannya.
Suatu ketika, Khalifah Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik, "Adakah di antara pegawai-pegawaiku orang munafik?"
"Ada seorang," jawab Hudzaifah.
"Tolong tunjukkan kepadaku siapa?" kata Umar.
Hudzaifah menjawab, "Maaf Khalifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."
Walau demikian, amat sedikit orang yang mengetahui bahwa Hudzaifah Ibnul Yaman sesungguhnya adalah pahlawan penakluk Nahawand, Dainawar, Hamadzan, dan Rai. Dia membebaskan kota-kota tersebut bagi kaum Muslimin dari genggaman kekuasaan Persia. Hudzaifah juga termasuk tokoh yang memprakarsai keseragaman mushaf Alquran, sesudah kitabullah itu beraneka ragam coraknya di tangan kaum Muslimin.
Ketika Hudzaifah sakit keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat datang mengunjunginya pada tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada mereka,"Pukul berapa sekarang?"
Mereka menjawab, "Sudah dekat Subuh."
Hudzaifah berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka."
Ia bertanya kembali, "Adakah kalian membawa kafan?"
Mereka menjawab, "Ada."
Hudzaifah berkata, "Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam penilaian Allah, Dia akan menggantinya untukku dengan kafan yang lebih baik. Dan jika aku tidak baik dalam pandangan Allah, Dia akan menanggalkan kafan itu dari tubuhku."
Sesudah itu dia berdoa kepada Allah, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu, aku lebih suka fakir daripada kaya, aku lebih suka sederhana daripada mewah, aku lebih suka mati daripada hidup."
Sesudah berdoa demikian, ruhnya pun pergi menghadap Ilahi. Seorang kekasih Allah kembali kepada Allah dalam kerinduan. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya
Oleh sebab itu, Hudzaifah telah Islam sebelum dia bertemu muka dengan Rasulullah. Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau bagaikan seorang kekasih. Hudzaifah turut bersama-sama dalam setiap peperangan yang dipimpinnya, kecuali dalam Perang Badar.
Dalam Perang Uhud, Hudzaifah ikut memerangi kaum kafir bersama dengan ayahnya, Al-Yaman. Dalam perang itu, Hudzaifah mendapat cobaan besar. Dia pulang dengan selamat, tetapi bapaknya syahid oleh pedang kaum Muslimin sendiri, bukan kaum musyrikin. Kaum Muslimin tidak mengetahui jika Al-Yaman adalah bagian dari mereka, sehingga mereka membunuhnya dalam perang.
Rasulullah menilai dalam pribadi Hudzaifah Ibnul Yaman terdapat tiga keistimewaan yang menonjol. Pertama, cerdas, sehingga dia dapat meloloskan diri dalam situasi yang serba sulit. Kedua, cepat tanggap, berpikir cepat, tepat dan jitu, yang dapat dilakukannya setiap diperlukan. Ketiga, cermat memegang rahasia, dan berdisiplin tinggi, sehingga tidak seorang pun dapat mengorek yang dirahasiakannya.
Kesulitan terbesar yang dihadapi kaum Muslimin di Madinah ialah kehadiran kaum Yahudi munafik dan sekutu mereka, yang selalu membuat isu-isu dan muslihat jahat. Untuk menghadapi kesulitan ini, Rasulullah memercayakan suatu yang sangat rahasia kepada Hudzaifah Ibnul Yaman—dengan memberikan daftar nama orang munafik itu kepadanya. Itulah suatu rahasia yang tidak pernah bocor kepada siapa pun hingga sekarang.
Dengan memercayakan hal yang sangat rahasia itu, Rasulullah menugaskan Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka, untuk mencegah bahaya yang mungkin dilontarkan mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin. Karena inilah, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para sahabat dengan "Shahibu Sirri Rasulullah (Pemegang Rahasia Rasulullah).
Pada puncak Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan suatu tugas yang amat berbahaya. Beliau mengutus Hudzaifah ke jantung pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.
"Ada beberapa peristiwa yang dialami musuh. Pergilah engkau ke sana dengan sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan data-data yang pasti. Dan laporkan kepadaku segera!" perintah beliau.
Hudzaifah pun bangun dan berangkat dengan takutan dan menahan dingin yang sangat menusuk. Maka, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, lindungilah dia, dari depan, dari belakang, kanan, kiri, atas, dan dari bawah."
"Demi Allah, sesudah Rasulullah selesai berdoa, ketakutan yang menghantui dalam dadaku dan kedinginan yang menusuk-nusuk tubuhku hilang seketika, sehingga aku merasa segar dan perkasa," tutur Hudzaifah.
Tatkala ia memalingkan diri dari Rasulullah, beliau memanggilnya dan berkata, "Hai Hudzaifah, sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali kepadaku!"
"Saya siap, ya Rasulullah," jawab Hudzaifah.
Hudzaifah pun pergi dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati sekali, dalam kegelapan malam yang hitam kelam. Ia berhasil menyusup ke jantung pertahanan musuh dengan berlagak seolah-olah anggota pasukan mereka. Belum lama berada di tengah-tengah mereka, tiba-tiba terdengar Abu Sufyan memberi komando.
"Hai, pasukan Quraisy, dengarkan aku berbicara kepada kamu sekalian. Aku sangat khawatir, hendaknya pembicaraanku ini jangan sampai terdengar oleh Muhammad. Karena itu, telitilah lebih dahulu setiap orang yang berada di samping kalian masing-masing!"
Mendengar ucapan Abu Sufyan, Hudzaifah segera memegang tangan orang yang di sampingnya seraya bertanya, "Siapa kamu?"
Jawabnya, "Aku si Fulan, anak si Fulan."
Sesudah dirasanya aman, Abu Sufyan melanjutkan bicaranya, "Hai, pasukan Quraisy. Demi Tuhan, sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini lebih lama lagi. Hewan-hewan kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani Quraizhah berkhianat meninggalkan kita. Angin topan menyerang kita dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu, berangkatlah kalian sekarang dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan berangkat."
Selesai berkata demikian, Abu Sufyan kemudian mendekati untanya, melepaskan tali penambat, lalu dinaiki dan dipukulnya. Unta itu bangun dan Abu Sufyan langsung berangkat. Seandainya Rasulullah tidak melarangnya melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, tentu ia akan membunuh Abu Sufyan dengan pedangnya.
Hudzaifah Ibnul Yaman sangat cermat dan teguh memegang segala rahasia mengenai orang-orang munafik selama hidupnya, sampai kepada seorang khalifah sekali pun. Bahkan Khalifah Umar bin Khathtab, jika ada orang Muslim yang meninggal, dia bertanya, "Apakah Hudzaifah turut menyalatkan jenazah orang itu?" Jika mereka menjawab, "Ada," Umar turut menyalatkannya.
Suatu ketika, Khalifah Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik, "Adakah di antara pegawai-pegawaiku orang munafik?"
"Ada seorang," jawab Hudzaifah.
"Tolong tunjukkan kepadaku siapa?" kata Umar.
Hudzaifah menjawab, "Maaf Khalifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."
Walau demikian, amat sedikit orang yang mengetahui bahwa Hudzaifah Ibnul Yaman sesungguhnya adalah pahlawan penakluk Nahawand, Dainawar, Hamadzan, dan Rai. Dia membebaskan kota-kota tersebut bagi kaum Muslimin dari genggaman kekuasaan Persia. Hudzaifah juga termasuk tokoh yang memprakarsai keseragaman mushaf Alquran, sesudah kitabullah itu beraneka ragam coraknya di tangan kaum Muslimin.
Ketika Hudzaifah sakit keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat datang mengunjunginya pada tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada mereka,"Pukul berapa sekarang?"
Mereka menjawab, "Sudah dekat Subuh."
Hudzaifah berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka."
Ia bertanya kembali, "Adakah kalian membawa kafan?"
Mereka menjawab, "Ada."
Hudzaifah berkata, "Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam penilaian Allah, Dia akan menggantinya untukku dengan kafan yang lebih baik. Dan jika aku tidak baik dalam pandangan Allah, Dia akan menanggalkan kafan itu dari tubuhku."
Sesudah itu dia berdoa kepada Allah, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu, aku lebih suka fakir daripada kaya, aku lebih suka sederhana daripada mewah, aku lebih suka mati daripada hidup."
Sesudah berdoa demikian, ruhnya pun pergi menghadap Ilahi. Seorang kekasih Allah kembali kepada Allah dalam kerinduan. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya
Sabtu, 22 Desember 2012
IKHTIAR, TAWAKAL, IKHLAS
Dalam menjalankan kehidupan, Allah memerintahkan kita untuk terus
berusaha memberikan yang terbaik. Manusia terbaik adalah yang terus bergerak,
memanfaatkan setiap potensi yang dia miliki untuk kehidupannya. Keseimbangan
hidup di dunia dan akhirat haruslah diupayakan, sebagaimana yang sering
kita dengar: “Berbuatlah untuk duniamu seolah kamu hidup selamanya, dan
berbuatlah untuk akhiratmu, seolah kamu mati esok hari”.
Untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat, kita perlu
berusaha dan berupaya atau dengan kata lain, ber-ikhtiar, sebanyak yang kita mampu. Setelah semua ikhtiar kita lakukan,
maka saatnyalah kita serahkan semua keputusan kepada Sang Penguasa Hidup, Allah
SWT. Penyerahan diri ini disebut sebagai Tawakal.
Secara definitif, tawakal berarti penyandaran, penyerahan dan
mempercayakan suatu perkara kepada pihak lain. Seorang muslim yang tawakal
adalah yang menyerahkan, menyandarkan dan mempercayakan kepada Allah SWT atas
segala yang sudah dilakukannya.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa tawakal erat kaitannya
dengan usaha atau ikhtiar.
Tawakal tidak sama dengan pasrah. Tawakal adalah sebuah tindakan
aktif, sementara pasrah adalah tindakan pasif. Pasrah adalah seperti daging
yang teronggok di atas meja, siap diolah apa saja oleh pemiliknya. Tawakal sama
sekali tidak seperti itu. Tawakal mensyaratkan adanya upaya kreatif dari
pelakunya.
Dalam Al-Quran, ada banyak ayat yang berbicara mengenai tawakal
ini, setidaknya, ada 70 ayat. Di antara ayat-ayat tersebut adalah QS. Ali
‘Imran/3 ayat 159, yang berbunyi:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ
(Fa idza ‘azamta fatawakkal ‘alallahi innallaha yuhibbul
mutawakkilin)
Artinya: Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tawakal dilakukan setelah kita
berikhtiar melakukan yang terbaik sebanyak yang kita sanggup lakukan.
Sebagai contoh, pelajar yang menghadapi ujian sekolah. Tawakalnya
adalah setelah ia belajar maksimal, menjaga kesehatannya agar dapat ikut ujian
dengan baik, dan mengerahkan semua kemampuan menjawab semua soal ujian. Begitu
ia menyerahkan lembar jawaban, maka saat itulah ia bertawakkal kepada Allah
akan hasil dari ujiannya tersebut.
Atau seperti seseorang yang tengah sakit. Tawakalnya adalah
setelah ia menjalankan semua tindakan medis yang dianjurkan, atau mencari
berbagai alternatif demi kesembuhannya. Setelah semua ikhtiar dicukupkan, saat
itulah ia serahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Atau juga seperti seseorang yang ingin naik haji. Tawakalnya
adalah setelah ia menggenapkan semua ikhtiar untuk itu, seperti menabung,
menjaga kesehatan dan mendaftarkan diri kepada penyelenggara haji. Ketika
perjalanan haji dimulai, saat itulah ia menyerahkan nasibnya kepada Allah,
apakah perjalanannya akan lancar, atau malah sebaliknya.
Jika kita rujuk ke hadis Nabi Muhammad SAW, setidaknya kata
tawakal terdapat dalam 900 hadis, di antaranya:
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا
حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ
هُبَيْرَةَ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيَّ يَقُولُ سَمِعَ
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ
عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو
خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا (رواه أحمد)
(Law annakum tatawakkaluna ‘alallahi haqqa tawakkulihi larazaqakum
kama yarququ ath-tayra taghdu khishashan wa taruhu bithanan)
Artinya: Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah
SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki
(oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada
pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”
(HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Hadis ini juga menunjukkan bahwa tawakal itu dilakukan setelah
berusaha. Ibarat burung yang keluar kandangnya pada pagi hari untuk mencari
makan dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Kekenyangan yang ia
peroleh itu adalah hasil dari ketawakalannya kepada keputusan Allah setelah ia
berusaha memperolehnya.
Begitu juga dengan kita. Jika ingin beroleh harta, kita harus
bekerja keras. Jangan pernah mengunggu keajaiban datang, karena keajaiban itu
tidak perlu ditunggu, ia ada dalam diri kita, ia harus dipancing keluar dari
tubuh kita. Bekerja adalah salah satu cara untuk itu. Setelah bekerja,
tawakalkan diri pada Allah SWT.
Dan akhirnya, hasil yang diperoleh dari tawakal setelah berikhtiar
itu haruslah dihadapi dengan ikhlas. Yakni menerima dengan
lapang dada apapun yang Allah putuskan. Sebab, Dia adalah Yang Maha Tahu atas
segala yang berlaku buat kita. KeputusanNya adalah yang terbaik.
Maka, jika kita tidak kunjung sembuh dari sakit, padahal sudah
berusaha minum obat dan menjalankan anjuran dokter sebaik mungkin, terimalah
dengan ikhlas. Allah pasti punya rahasia di balik itu semua. Yang penting kita
telah berusaha, segala keputusan ada di tanganNya.
So, mari terus ber-ikhtiar untuk meraih segala yang kita inginkan.
Setelah semua ikhtiar tercukupkan, tawakkal-lah kepada Allah, serahkan semua
hasil kepadaNya. Jika hasilnya sudah diperoleh, entah itu baik ataupun buruk,
terimalah dengan ikhlas, lapang dada, karena Yang Maha Tahu dengan yang terbaik
untuk kita hanyalah Dia, Sang Penguasa Hidup.
Doa yang diajarkan Nabi Muhammad kepada kita ketika menyerahkan
semua urusan kepada Allah adalah:
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ
عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
(bismillahi tawakkaltu ‘alallahi laa haula wa laa quwwata illaa
billah)
“Dengan nama Allah, aku serahkan semuanya kepada Allah, sebab
tiada daya dan upaya kecuali atas pertolonganNya”.
DO'A BERLINDUNG DARI PERBUATAN BURUK
أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِىْ، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِىْ، وَمِنْ
شَرِّلِسَانِيْ، وَمِنْ شَرِّقَلْبِيْ، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِيْ، وَمِنْ
شَرِّمَنِيِّيْ.
( Alloohumma innii a’uudzubika min syarri sam’ii, wa min syarri bashorii, wa min syarri lisaanii, wa min syarri qolbii, wa min syarri maniyyii )
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari keburukan pendngaranku, kejahatan penglihatanku, keburukan lidahku, keburukan hatiku dan keburukan air maniku. ( HR.Abu Dawud no.1551, at-Tirmidzi no.3492 )
اَللَّهُمَّ جَنِبْنِيْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ، وَاْلأَهْوَاءِ، وَاْلأَعْمَالِ، وَاْلأَدْوَاءِ.
( Alloohumma janibnii munkarootil akhlaaqi, wal ahwaa i, wal a’maali, wal adwaa i)
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari berbagai kemungkaran akhlak, hawa nafsu, amal perbuatan dan segala macam penyakit. (HR.Al-Hakim dan dia mengatakan hadits tsb sahih dng syarat Muslim.)
َاللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا عَمِلْتُ، وَمِنْ شَرِّمَالَـمْ أَعْمَلْ.
(Alloohumma innii a’uudzubika min syarri maa ‘amiltu, wa min syarri maa lam a’mal)
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah aku kerjakan dan dari keburukan apa yang belum aku kerjakan” (HR.Muslim(4/2085) no. 2716)
( Alloohumma innii a’uudzubika min syarri sam’ii, wa min syarri bashorii, wa min syarri lisaanii, wa min syarri qolbii, wa min syarri maniyyii )
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari keburukan pendngaranku, kejahatan penglihatanku, keburukan lidahku, keburukan hatiku dan keburukan air maniku. ( HR.Abu Dawud no.1551, at-Tirmidzi no.3492 )
اَللَّهُمَّ جَنِبْنِيْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ، وَاْلأَهْوَاءِ، وَاْلأَعْمَالِ، وَاْلأَدْوَاءِ.
( Alloohumma janibnii munkarootil akhlaaqi, wal ahwaa i, wal a’maali, wal adwaa i)
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari berbagai kemungkaran akhlak, hawa nafsu, amal perbuatan dan segala macam penyakit. (HR.Al-Hakim dan dia mengatakan hadits tsb sahih dng syarat Muslim.)
َاللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا عَمِلْتُ، وَمِنْ شَرِّمَالَـمْ أَعْمَلْ.
(Alloohumma innii a’uudzubika min syarri maa ‘amiltu, wa min syarri maa lam a’mal)
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah aku kerjakan dan dari keburukan apa yang belum aku kerjakan” (HR.Muslim(4/2085) no. 2716)
Langganan:
Postingan (Atom)